INFORMATION :
Type: Movie
Release: 2 May, 2014
Director: Marc Webb
Genres : Action | Adventure | Fantasy
Credit: Cinemaindo
Format : MP4 H.264 / MP4 HD
Size : 197 MB
Subtitle : Indonesia
Encoder & Uploader: Fauzi-kun
Post: Zacky Zoldyck
Di edisi pertama reboot miliknya dua tahun lalu itu superhero jenius
dengan gerak cepat dan refleks yang memikat ini berhasil
membuktikan bahwa ia tidak menjadi sesuatu yang totally useless
ketika kembali beraksi bersama tubuh dibalut latex ketat itu hanya
lima tahun setelah ia melakukan aksi terakhirnya. Sukses
menampar sikap pesimis, beban yang sedikit berkurang, edisi
kedua ini berhasil tampil lepas untuk menawarkan kembali cerita
familiar itu dalam sebuah petualangan yang menyenangkan masih
dengan aksi terbang dan melayang di antara gedung pencakar
langit kota New York. The Amazing Spider-Man 2: Rise of Electro,
when music and action sequence kill a bit draggy story minus. I'll
simply say it's on again, it's on again.
Cute couple itu harus meninggalkan sekolah tempat mereka
bertemu yang ditandai dengan acara upacara wisuda kelulusan,
momen dimana Gwen Stacy (Emma Stone) menyampaikan
pidatonya sementara disisi lain Peter Parker (Andrew Garfield)
masih harus menyelamatkan kota New York dari aksi brutal
seorang Russian Mobster bernama Aleksei Sytsevich (Paul
Giamatti).
Semua memang berakhir indah, namun dari sana pula awal dari
kemunculan bayangan yang selalu mencoba mengingatkan Peter
pada janjinya untuk menjauh dari Gwen, menyebabkan kisah manis
yang mereka punya berubah menjadi rumit. Paska peristiwa
tersebut Peter memutuskan untuk kembali menuntaskan hasrat
miliknya dengan mencari tahu keberadaan ayahnya (Campbell
Scott).
Hal tersebut ternyata menyimpan sebuah fakta yang membawa
Peter menuju Oscorp, perusahaan atau kerajaan bisnis yang
memiliki pemimpin baru setelah ditinggal Norman Osborn (Chris
Cooper) dan kini dikendalikan oleh Harry Osborn (Dane DeHaan),
sahabat karib Peter yang masih bergelut dengan masalah pribadi,
yang celakanya tidak tahu telah hadir monster baru yang berasal
dari perusahaannya, seorang pekerja listrik bernama Max Dillon
(Jamie Foxx) yang hanya ingin keluar dari kesepian dan
memperoleh perhatian.
Menilik sinopsis diatas tadi akan hadir kesan ambigu pada misi
utama yang ingin dicapai oleh The Amazing Spider-Man 2, banyak
masalah yang potensial untuk dikembangkan namun faktanya
mayoritas dari mereka tidak memperoleh sentuhan yang cukup
dalam pada tahap eksekusi. Yap, timbunan konflik yang gemuk itu
pada akhirnya memang akan terkesan dipaksa untuk mampu
menyelip masuk kedalam alur cerita dengan berbagai isu, dari
menciptakan ruang cerita untuk arena kreatifitas adegan aksi lewat
Max Dillon, future plan yang tidak bisa dibuang pada sosok Harry,
hingga pemanis tambahan pada Aleksei.
Berantakan, sedikit tidak konsisten, tapi masalahnya adalah Marc
Webb tetap berhasil membentuk ini menjadi sajian berantakan yang
menghibur. Aneh memang karena dibalik segala kekacauan yang
mayoritas masih di isi dengan hal lama pada elemen script sulit
pula untuk tidak mengakui bahwa The Amazing Spider-Man 2
mampu memberikan unsur fun yang terasa pas selama 142 menit
durasi yang ia punya.
Cerita hasil kerja sama Alex Kurtzman, Roberto Orci, dan Jeff
Pinkner yang terkesan pemalas dan sedikit terburu-buru dalam
gerak berat yang ia hadirkan itu seperti membentuk sebuah
rollercoaster, terkadang bermain dengan drama mengandalkan
emosi yang coba menelusuri hubungan multi arah antar karakter
dengan Peter sebagai sentralnya meskipun cenderung lebih sering
berakhir terlalu stabil, dan ketika penonton mulai merasa tenang
dan nyaman Marc Webb kemudian menghantam mereka dengan
adegan aksi penuh koreografi dan akrobatik dinamis dalam gerak
cepat yang presisi dan rapi hasil sentuhan “palsu” yang memikat
dari departemen visual efek bersama kualitas 3D yang mumpuni.
Hal tersebut yang kerap kali menjadi sumber hadirnya senyuman
sembari terus bertanya apa sih sebenarnya maunya film ini.
The Amazing Spider-Man 2 seperti dikemas tanpa eksistensi
dinding yang membatasi diri seorang Spider-Man sebagai seorang
superhero yang hanya bertugas menyelamatkan penduduk dari
bahaya. Memang tidak selevel dengan Spider-Man 2 versi Sam
Raimi, tapi tragedi serta kisah romansa itu berhasil ditampilkan oleh
Marc Webb yang uniknya ia kemas dengan terus menekankan
kesan freestyle didalam penceritaan, bergerak bebas namun punya
point-point utama yang berhasil muncul di dalam cerita dan
tergambarkan dengan baik, walaupun disamping itu sayangnya
mereka hanya sebatas ada karena Marc Webb cenderung lebih
asyik bermain-main dengan banyak hal yang punya kapasitas
minor.
Ya, The Amazing Spider-Man 2 adalah presentasi yang warna-
warni, dan ini kacau sebetulnya, tapi disamping itu keputusan
tersebut seolah telah di prediksi oleh mereka. Seperti sebuah
perjudian, gambling, mari mencoba tampil sedikit lebih segar dan
siap menerima resiko terburuknya, dan hasilnya tidak buruk serta
cukup berimbang.
Cerita yang sedikit melelahkan, humor konyol yang cenderung
mengandalkan slapstick klasik namun bekerja dengan baik,
kurangnya tekanan dan ancaman dari sosok antagonis karena
dibentuk dengan tipis tanpa motivasi yang kuat, hingga observasi
pada dilema dengan menggunakan kekuasaan, tanggung jawab,
resiko, hingga asmara yang juga tampil baik, ada sebuah
pertarungan plus dan minus yang menarik dan menghasilkan
dinamika cerita yang variatif untuk menyelamatkan ini dari situasi
membosankan.
Tapi ada satu hal lainnya yang berhasil menjawab kepercayaan
Marc Webb sejak awal disamping aksi balet di medan perang
dimana Webb seperti paham kapan momen yang tepat untuk
mempermainkan visual untuk menciptakan gambar yang impresif,
serta score electronic hasil kolaborasi Hans Zimmer dan Pharrell
Williams yang secara mengejutkan tampil kokoh dan mempertajam
kesan segar dan kerap mengendalikan tensi serta tempo cerita.
Kisah cinta antara Peter dan Gwen, mereka mengalahkan
kepentingan para penjahat dalam cerita untuk memperoleh posisi
utama, dan itu terbayarkan lewat eksekusi mumpuni pada sebuah
kejutan menjelang akhir. Tidak heran memang ketika kita akan
memperoleh kisah cinta yang menjadi bagian dari fokus yang
terpecah belah itu dalam bentuk yang impresif, karena Andrew
Garfield dan Emma Stone mampu melakukan transfer pada
kekuatan cinta yang mereka punya di kehidupan nyata kedalam
layar tanpa terkesan berlebihan.
Chemistry tidak megah, namun kuat dan punya ketulusan yang
terasa alami sehingga mampu membuat penontonnya tetap rooting
kepada mereka ketika kisah cinta itu tergambarkan dalam
penceritaan yang kurang bergelora. Andrew Garfield semakin
mampu membuat penontonnya yakin bahwa ia Spider-Man yang
baru, ia punya kelembutan yang tampil meyakinkan di kala suka
dan duka. Emma Stone sendiri sedikit terbatasi ruang geraknya
namun mampu membangun karakternya dengan efektif dan tajam.
Pemeran pendukung yang sejak awal sebenarnya turut
berkontribusi pada sedikit meningkatnya ekspektasi justru harus
puas menjadi bayangan. Mereka tidak punya ruang yang cukup,
oke untuk Sally Field yang memang hanya punya satu bagian
penting pada cerita, namun tidak dengan Jamie Foxx dan Dane
DeHaan. Karakter Green Goblin memang baru sebatas perkenalan,
namun ia dapat memberikan bahaya yang jauh lebih kuat. Dan
Jamie Foxx seperti terbuang percuma, Electro tampil unthreatening
bersama tujuan yang tidak fokus, untung saja Foxx masih mampu
menciptakan pondasi yang jelas ketika karakternya masih berada
dalam kondisi sederhana terkait ulang tahun dan atensi itu. Paul
Giamatti mampu mencuri atensi sesaat, and I really hope Black Cat
can be a part in next film to make a bigger room to Felicity Jones.
Overall, The Amazing Spider-Man 2: Rise of Electro adalah film
yang cukup memuaskan. Anda dapat menyebutnya sebagai sebuah
kemasan berani yang inovatif, sebuah petualangan tidak fokus
tanpa motivasi yang kuat, sebuah kisah superhero dengan
kedalaman penceritaan yang sedikit berantakan dan juga
canggung, sebuah pertunjukkan adrenaline pumping sembari
bermain bersama dilema yang digambarkan dengan mumpuni,
sebuah video game dalam balutan dramatisasi yang terlalu stabil,
hingga sebuah roman manis dan tidak berlebihan yang seolah tidak
peduli dengan eksistensi bahaya disekitar mereka. For me, The
Amazing Spider-Man 2 is a bold guilty pleasure. It’s an enjoyable
stupid fun. I'll simply say it's on again, it's on again.
Dari pada banyak bacot, aku kasih aja langsung link download nya :D DISINI